Kiai Caleg, masihkan mejadi suara ummat?

Jakarta - Sekretaris Dewan Syura PKNU Alwi Shihab menolak tegas pernyataan Kepala BIN Syamsir Siregar yang menyebut banyak ulama atau kyai yang masuk partai politik dan menjadi caleg yang akibatnya mengabaikan kepentingan umat.


"Coba sebutkan nama-nama kiai yang menjadi Caleg Parpol. Setahu saya tidak ada kiai yang menjadi


caleg. Apalagi di PKNU, tidak ada kiai menjadi caleg," kata Alwi usai melantik pengurus cabang PKNU di Kuala Lumpur, Minggu (21/12).


Menurut Alwi, kiai dan ulama dalam sebuah partai dibutuhkan untuk memberikan nasihat-nasihat dan pertimbangan. "Mereka hanya memberikan saran dan arahan saja, tidak ada yang terlibat dalam caleg," tegas mantan Menko Kesra ini.


Sebelumnya, KaBIN Syamsir Siregar menyayangkan banyaknya kiai dan ulama yang berpolitik praktis. Akibatnya, umat pun menjadi terabaikan dan terpecah-pecah. Syamsir mengatakan hal itu saat mengadakan kunjungan silahturahmi ke alim ulama, tokoh masyarakat se-Kabupaten Pati, Jawa Tengah serta santri Yayasan Salafiyah, Sabtu (20/12).


"Saat ini banyak kiai terpecah-pecah karena jalur politik praktis yang dipilihnya. Ini sangat disayangkan karena masyarakat jadi kesulitan mencari panutan dan umat jadi terabaikan," cetusnya.[*/dil]21/12/2008 - 14:27
Alwi Shihab: Tak Ada Kiai Jadi Caleg

Alwi Shihab

INILAH.COM,
Kutipan berita diatas jelas mengajak kita untuk lebih arif menyikapi realitas dilapangan. Di Sumenep saja banyak kiai yang menjadi caleg.Tidak hanya itu, bahkan banyak kiai-kiai itu gagal alias kalah.Di dapil 3 Sumenep, saja caleg PKB justru dimenangkan oleh anak tukang jagal sapi. " saya ingin meyakinkan masyrakat Mas, bahwa anak tukang jagal sapi yang berangkat dari PKB itu juga punya peluang yang sama untuk bisa menang". Ujar Sanhaji kepada Sang Penyiar Madura seahari setelah rekapitulasi PPK Kecamatan Pragaan beberapa waktu yang lalu. Lantas muncul kekhawatiran tersendiri dalam benak saya, Masihkah suara Kiai yang gagal nyaleg itu masih menjadi suara masyrakat. Sebagaimana kita mafhum.Apa yang menjadi ya kata kiai, maka ya pula bagi masyarakat.Tulisan ini bersifat wasyawirhum fil amri (sharing gagasan),bukan diskriminatif terhadapa para kiai yang gagal dalam pemilu legislatif 9 April 2009 silam.